Ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction) merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain yang berada pada suatu dimensi berkisar dari suka hingga tidak suka (Baron & Byrne, 2005). Penelitian mengenai ketertarikan interpersonal dirancang untuk menidentifikasi secara detail mengenai faktor-faktor yang berperan dalam evaluasi seseorang terhadap orang lain.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong munculnya ketertarikan terhadap orang yang sama sekali masih asing bagi kita hingga kemudian terbentuk hubungan yang mendalam dengan seseorang tadi, di antaranya adalah: kedekatan fisik, emosi positif, karakteristik yang dapat diamati, dan kebutuhan berafiliasi. Jika keempat faktor ini bekerja, proses ketertarikan dapa bergerak ke tahapan terakhir yaitu dua orang mulai menemukan kesamaan dalam hal sikap, minat, nilai-nilai dan banyak hal lain. Ketertarikan meningkat apabila kesamaan melebihi ketidaksamaan. Langkah terakhir muncul bila setiap individu mulai mengekspresikan rasa saling menyukai (mutual liking), baik memalui kata-kata maupun perbuatan.
a. Berpenampilan menarik. Penampilan seseorang sangat menentukan seseorang mendapat perhatian dari orang lain, karena pada dasarnya setiap orang yang bertemu dengan orang-orang baru selalu memperhatikan penampilan orang yang ditemui. Penampilan fisik seseorang dapat mempengaruhi berbagai jenis evaluasi interpersonal termasuk rasa suka. Salah satu factor di mana sebagian besar orang merespon adalah derajat daya tarik fisik (physical attrativeness), yaitu aspek-aspek penampilan seseorang yang dianggap menarik atau tidak menarik secara visual.
b. Berperilaku baik. Berrilaku baik juga merupaka efek langsung yang akan mempengaruhi ketertarikan seseorang. Perilaku seseorang sangat menentukan persepsi orang lain terhadap orang tersebut, apalagi jika orang tersebut berperilaku baik, sopan, dan ramah orang akan dengan mudah menyukai orang tersebut.
c. Selalu berada dalam keadaan emosional yang baik saat bertemu dengan orang (sedang berada dalam keadaan senang, gembira, dan penuh semangat). Orang akan mudah menyukai orang yang dijumpai jika orang tersebut sedang berada dalam keaddan senag, gembira dan penuh semangat, karena orang yang penuh semangat dapat membawa kedalam Susana yang positif.
2. Soal:
a. Dalam suatu peristiwa terkadang kita merasa mudah akrab dengan seseorang yang baru saja kita kenal, dan merasa kesulitan dengan orang lainnya padahal orang tersebut sudah sering kita lihat, dan kita kenal. Bagaimana penjelasan kasus tersebut?
Jawaban;
Keingginan untuk melakukan kontak dengan orang lain, pada umumnya dilandasi adanya imbalan social yang diperoleh individu. Kita dapat menganalisanya dari dua hal yaitu perbandingan social dan dukungan emosional. Berdasarkan analisa perbandingan social , kita membutuhkan orang lain untuk mengevaluasi perilaku kita. Sementara hubungan dengan orang lain memberi dukungan emosional dalam bentuk perhatian. Hubungan dengan orang lainpun dapat memberikan berbagi tipe perhatian kepada kita dalam bentuk penghargaan, pengakuan dan status.
Dalam kasus di atas ketika kita menjadi dekat dengan seseorang yang baru kita kenal dapat dikarenakan faktor kesamaan. Sikap, nilai, minat, latar belakang dan kepribadian yang sama, bisa menyebabkan inividu tertarik dengan orang lain. Dalam membangun satu hubungan kesamaan bisa menjadi dasar untuk membangun hubungna yang lebih baik dan positif. Itulah sebabnya mengapa kita bisa cepat akrab dengan orang yang baru saja kita kenal. Begitu juga sebaliknya kita tidak dapat akrab dengan orang yang kita kenal karena tidak adanya kesamaan dengan kita. Selain itu faktor daya tarik juga dapat berpengaruh terhadap hubungan interpersonal kita dengan orang lain. Penampilan fisik seseorang dapat mempengaruhi kita untuk lebih akrab atau tidak akrab dengan orang lain.
Tekanan emosional yang ada juga dapat berpengaruh. Ketika kita sedang merasa senang dan bertemu dengan seseorang maka kita akan mudah untuk akrab dengan orang tersebut. Demikian juga sebaliknya ketika saat bertemu dengan orang yang sudah kita kenal akan tetapi kita selalu merasa tidak nyaman maka hal tersebut dapat membuat kita tidak dapat akrab dengan orang tersebut.
b. Apakah manipulasi perubahan perasaan dapat mempengaruhi evaluasi interpersonal seseorang?
Jawaban;
Manipulasi perubahan perasaan sering dapat mempengaruhi evaluasi interpersonal seseorang. Sangat jelas terlihat bahwa evaluasi interpersonal kita dapat dipengaruhi oleh fakttor-faktor afektif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang evaluasi senyum yang selalu dipersepsikan positif. Pada kasus pemilihan umum misalnya, para kandidat berfoto dengan wajah penuh senyuman. Senyuman ini dapat menjadi daya tarik pemilih (karena memiliki evaluasi positif untuk pemilih). Sementara itu informasi negative juga dapat mempengaruhi evaluasi negative. Sebuah informasi negative dapt memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pengurangan evaluasi positif yang telah diasumsikan sebelumnya.
c. Ada beberapa orang yang mencoba untuk dapat menarik perhatian orang-orang disekitarnya dengan cara menujukkan bila dia mempunyai semangat yang menggebu-gebu, akan tetapi cara yang dia lakukan terlalu “berlebihan” sehingga membuatnya semakin dijauhi oleh orang-orang disekitarnya. Bagaimana penjelasan keterikatan interpersonal pada kasus di atas?
Jawaban:
Perilaku seseorang dapat mempengaruhi ketertarikan dan ketidaktertarikan seseorang. Hal ini mengindikasikan bahwa sesuatu pada orang tersebut dapat memunculkan afek positif dan negative. Tekanan emosional pada semangat yang dimiliki seseorang juga dapat mempengaruhi ketertarikan orang lain. Ketika seseorang terlalu berlebihan dalam berperilaku misalnya menunjukkan semangat yang berlebihan orang lain akan cenderung menganggap orang t ersebut “kebanyakan gaya”. Terlebih bila perilaku tersebut tidak dibarengi dengan hasil yang sepadan dengan semangat yang dia miliki, orang lain akan semakin beranggapan bahwa orang tersebut terlalu sombong. Pada dasarnya orang-orang mengidenifikasi perilaku positif seseorang melihat pada derajat kesamaan dengan perilaku orang pada umumnya. Sebagai contoh bila seseorang dalam keadaan semangat jangan sampai sikap semangat yang dia miliki ditunjukkan kepada orang lain secara berlebihan, karena hal tersebut akan dianggap aneh oleh sebagian orang.
Referensi:
Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Yogyakarta: UMM Pres
Materi E-learning Psikologi Sosial “Ketertarikan Interpersonal”